11
AZAS KEPEMIMPINAN
Peri Monjuli
Assalamu’alaikum
Warohmatulahi Wabarokatuh. Salam sejahtera untuk kita semua.
Mengawali pembicaraan
dalam tulisan ini. Izinkan, saya mengutip kalimat seorang Pujangga yang amat
terkenal, Terentius. Dia mengatakan; “Homo Suum Humani Nihil A Me Alienum Puto”
(sebagai manusia dan sebagai makhluk manusia. Saya tidak sanggup, menatap
berbagai keprihatinan yang menimpa manusia).
Ketika masyarakat, tak
lagi menghargai Moralitas sebagaimana mestinya maka yang paling terkena
dampaknya, dan berimplikasi sangat luas terhadap kehidupan adalah jagad
politik. Oleh karena, Makna Substantif politik adalah moralitas maka dari sisi
tujuan dan realitanya, jagad politik tidak dapat dipisahkan dari moralitas.
“Politik tanpa Moralitas”
akan kehilangan esensinya yang paling fundamental. Jika ia, telah kehilangan
esensinya maka politik akan menjadi mesin penghancur yang sangat efektif bagi
semua tata kehidupan. Sebab moralitas, dalam jagad politik adalah kapasitas
yang dapat membedakan kebijakan, tindakan, dan perilaku politik yang benar dan
yang salah.
Atas dasar perbedaan
itulah, semestinya para politisi bertindak dan berperilaku. Selanjutnya, dengan Moralitas itu pula mereka merasa mendapat penghargaan diri ketika dapat menerapkan
standar itu pada kebijakan dan perilaku politik mereka, dan sebaliknya merasa
bersalah atau setidak-tidaknya malu ketika mereka melanggar standar norma tersebut.
Dalam konteks pelaksanaan
Pemilihan Umum 2014 yang akan datang ini, tepatnya pada tanggal 9 April 2014
masyarakat berbondong-bondong menuju ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk
memilih wakil-wakilnya yang duduk di Lembaga Legislatif, baik itu DPR RI, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sehingga pelaksanaan demokrasi perwakilan yang
kita anut ini dapat memberikan harapan dan perubahan bangsa kearah yang lebih
baik dalam upaya mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun dalam konteks demokrasi
perwakilan rakyat di DPRD Kota Jambi, semua elemen dan komponen masyarakat
bersama-sama dengan pemerintah berkomitmen bahu-membahu untuk membangun dan
menciptakan kehidupan masyarakat di “Bumi Tanah Pilih Pesako Betuah” dengan ber-Keadilan
dan Kemakmuran, serta menumbuhkembangkan kesadaran Kehidupan ber-Bangsa dan ber-Negara
dengan semangat Patriotisme yang ber-Nasionalis dan Religius untuk menuju
masyarakat yang adil dan sejahtera, ber-Moral dan ber-Martabat.
Mengutip pernyataan Profesor Sayidiman
Suryohadiprojo (1996:4-5), dia menyebutkan bahwa sebelas azas kepemimpinan yang
berwibawa, visioner, berani dan bersih. Dan diatas semua itu, seyogyanya
seorang wakil rakyat yang memimpin masyarakat di daerah pemilihannya mampu, dan
mesti bisa melayani masyarakat yang memilih dan mempercayainya sehingga
cita-cita masyarakat tercapai melalui hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah melalui wakil-wakilnya di DPR RI dan DPRD, “Bukan minta dilayani” tegasnya.
Adapun, sebelas Azas Kepemimpinan itu, yakni :
1. Taqwa
Percaya dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai
syarat mutlak kepemimpinan. Sebagai warga Negara beragama ciri pemimpin yang
takut akan Tuhan, amatlah dibutuhkan saat ini. Menjalankan amanat rakyat
sejatinya, juga mejalankan perintah Tuhan. Karenanya prinsip-prinsip dalam mengelola
kekuasaan harus didasari dengan nilai-nilai religius yang menjadi pemandu
utama. Pemimpin yang takut akan Tuhan bahkan sudah menjadi definisi utama Kepemimpinan modern yang
ditentukan secara demokratis.
2. Ing Ngarso Sung Tulodo
Seorang pemimpin harus berdiri di depan. Sebagai pemimpin
harus berdiri di depan sebagai pemimpin untuk memberi teladan yang baik. Bukan
sebaliknya menunjukkan perilaku yang im-moral dan tidak manusiawi. Tidak
sedikit, pemimpin yang menggunakan kekuasaannya untuk bertindak amoral.
3. Ing Madya Mangun Karsa
Pemimpin mesti berada ditengah-tengah untuk memberi bimbingan.
Disinilah mitra kesetaraan hubungan Pemimpin-Rakyat amat diperlukan untuk
membangun komunikasi secara kolegialitas. Hal ini patut, karena masyarakat
sekarang hidup dalam alternatif, dan kepentingan yang makin majemuk yang
membutuhkan kompromi, serta ketegasan dalam menentukan prinsip pengambilan sikap.
4. Tut Wuri Handayani
Dari belakang seorang pemimpin senantiasa harus memberi
motivasi/mendorong rakyat kepada kemajuan. Bukan malah memprovokasi dan
mengagitasi, apalagi membodohi rakyat dengan berbagai manuver dan siasat jahat.
5. Waspada Purba Wisesa
Seorang pemmpin harus berpikir jauh, dan selalu mewaspadai
terhadap segala kemungkinan buruk yang terjadi di masyarakat. Untuk itu, ia
harus terjun dan selalu menyatu dengan rakyatnya. Kapan, dan dimana saja antara
lain untuk menangkap getar suasana batin rakyatnya. Baik dalam suka terlebih
duka.
6. Ambag Paramaartha
Pemimpin harus tahu memprioritaskan sesuatu dalam menghadapi
dan memecahkan persoalan. Jangan sampai, pemimpin lebih mengutamakan
pembangunan kasatmata (mercusuar) yang bombastis, enak dan prestius dipandang
mata, atau mengakomodasi kepentingan pemodal daripada mengurus dan
mempertahankan hal-hal urgen, seperti menjaga stok kebutuhan pokok masyarakat,
menciptakan lapangan pekerjaan bagi warganya, memberi pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara adil dan makmur.
7. Prasaja
Pemimpin sejatinya mengutamakan kesederhanaan sebagai
identitas kekuasaannya. Kesederhanaan bukan saja, tampak dalam penampilan.
Tetapi juga dalam kata-kata yang mudah dicerna masyarakat sebagai bentuk
hubungan komunikasi yang merakyat dan empatik. Bukan kata-kata bombastis, yang
sering bikin rakyat geleg-geleng kepala, tapi bermakna hampa dan tak berisi.
8. Satya
Setiap pemimpin harus setia terhadap organisasi, atasan,
sesama, dan orang yang dipimpinnya. Artinya, loyalitas dan kesetiaan menjadi
kunci kesuksesan seorang pemimpin. Pemimpin yang setia dengan rakyat akan
selalu didukung dalam setiap kiprah pengambilan keputusannya tanpa merasa canggung, atau takut. Namun bukan berarti dengan begitu, pemimpin tersebut serta
merta jauh dari penolakan. Perlu diingat, tidak ada pemimpin yang sukses jika
ia tidak bersedia untuk ditolak. Itu berarti pemimpin harus bisa “me-Manage”
setiap konflik kepentingan yang ada dalam masyarakat dengan arif, bijak dan
secermat-certmatnya. Ibaratnya,”Mengangkat Batu dari Dalam Air. Jangan Sampai,
Air menjadi Keruh”.
9. Gemi Nastiti
Hidup hemat batin dan lahir. Maka untuk menjadi pemimpin dia
harus bisa hemat. Prinsip hemat, yang digayutinya akan tercermin dalam setiap
kebijakan-kebijakan dengan mempertimbangkan kelayakan dan keefektifan, serta
efisiensi proses dan dampak. Oleh karena itu, pemimpin yang bertife demikian,
diharapkan tidak memiliki kebiasaan menghabiskan (konsumtif) tetapi mampu
meremajakan, membudidayakan hasil-hasil pembangunan untuk kepentingan orang
lebih banyak pada masa yang akan datang.
10. Belaka
Jujur dalam arti rohaniah, sikap, kebenaran maupun keuangan.
Banyak pemimpin yang tidak pernah jujur pada dirinya sendiri apalagi pada orang
lain (rakyatnya). Richard Foster (1985) mengatakan; uang, seks, dan kekuasaan merupakan
tiga hal yang tidak pernah akan hilang sebagai godaan yang sesekali bakal
menyusup masuk ke dalam diri seorang pemimpin hingga ia pun terlena, dan dibuat
mabuk oleh ketiga hal diatas. Itu sebabnya, tantangan terbesar dalam diri
seorang pemimpin adalah bagaimana membuat uang, seks dan kekuasaan tunduk pada
orientasi yang lebih mulia, yakni menciptakan kemuliaan dirinya dihadapan Tuhan
dalam wujud pelayanan yang dilandasi kemurnian dan ketulusan sikap hati kepada
sesamanya.
11. Legowo
Ikhlas, rendah hati dan tahu diri. Ini ciri pemimpin yang
agak dilupakan dewasa ini. Keikhlasan untuk menerima kritik atau menerima
kekalahan, rendah hati dalam menempatkan kekuasaan sebagai panggilan hidup
untuk melayani merupakan hal termulia yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Sayang tidak sedikit, yang setelah menjadi pembesar, dia lantas menjadi lupa
diri, lupa daratan, lupa pada janji-janjinya, lupa pada orang yang telah
mempercayai dan memilihnya. Disinilah, kekuasaan berubah menjadi kekuatan yang
destruktif, dan menghancurleburkan keharmonisan yang ada dalam lingkungan
masyarakat.
Sebelas azas kepimimpinan
diatas, amat penting untuk direnungi terutama bagi calon-calon wakil rakyat di Kota
Jambi untuk menjadi pemimpin dari perwakilan rakyat dengan menjadi wakil-wakilnya di DPRD Kota Jambi pada
Pemilihan Umum 9 April 2014 nanti. Sehingga momentum pemilihan umum yang akan
datang tersebut, menghasilkan para legislator-lagislator terbaik bangsa yang
berkualitas dan berintegritas membawa kehidupan bangsa kearah yang lebih baik.
Kuncinya adalah komitmen para wakil-wakil rakyat di DPRD Kota Jambi untuk
melayani dengan segenap dan setulus hati kepada rakyat.
Melayani, berarti selalu
rela mengosongkan diri demi pemenuhan pada diri orang lain. Spirit ini, akan
meleburkan kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin menjadi kekuatan penuh yang
melahirkan rasa tanggung jawab yang tinggi (highest responsibility) terhadap
tuntutan perbaikan kesejahteraan masyarakat di Kota Jambi khususnya. Tanpa itu,
sia-sialah menjadi pemimpin. Anda justru akan menjadi bahan perolokan dan
banyolan rakyat dengan perilaku anda yang tidak dikehendaki rakyat sebagai
wakilnya di Lembaga Legislatif seperti cita-cita dan janji kampanye anda, saat anda mencalonkan
sebagai calon legislator rakyat mewakil daerah pemilihannya duduk di Lembaga
DPRD.
Semoga, tulisan ini
bermanfaat. Suara andalah, yang paling sangat menentukan nasib masa depan arah kehidupan seluruh rakyat
di “Bumi Tanah Pilih Pesako Betuah” pada hari ini, hari esok dan dimasa yang akan datang. Sukseskan Pemilihan Umum 9 April 2014 di Kota Jambi, untuk datang berbondong-bondong ke TPS. Merdeka!!
(disadur dalam artikel tulisan Sutrisno; untuk Merajut Kota Jambi menuju Masa Depan yang Gemilang).
Wabillahi Taufiq Wal
Hidayah. Wassalamu’alaikum Warohmatulahi Wabarokatuh. Salam Sejahtera untuk
kita semua.
Mengutip pernyataan Bapak Proklamator kita yang terkenal, Bapak Ir Soekarno
dalam pidato Hari Pahlawan tanggal 10 November 1961, yakni bahwa; "BANGSA YANG BESAR ADALAH
BANGSA YANG MENGHARGAI DAN MENGHORMATI JASA-JASA PAHLAWANNYA".
SELAMAT HARI PAHLAWAN
Kota Jambi, 10 Nopember 2013